Pengertian
Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere
yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu
proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah
satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.
A. Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental
Semua pihak umat beragama yang sedang
terlibat dalam bentrokan masing-masing menyadari bahwa justru perbedaan doktrin
itulah yang menjadi penyebab dari benturan itu.Entah sadar atau tidak, setiap
pihak mempunyai gambaran tentang ajaran agamanya, membandingkan dengan ajaran
agama lawan, memberikan penilaian atas agama sendiri dan agama lawannya. Dalam
skala penilaian yang dibuat (subyektif) nilai tertinggi selalu diberikan kepada
agamanya sendiri dan agama sendiri selalu dijadikan kelompok patokan, sedangkan
lawan dinilai menurut patokan itu.Agama Islam dan Kristen di Indonesia,
merupakan agama samawi (revealed religion), yang meyakini terbentuk dari wahyu
Ilahi Karena itu memiliki rasa superior, sebagai agama yang berasal dari Tuhan.
B. Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama
Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan ras
dan agama memperlebar jurang permusuhan antar bangsa. Perbedaan suku dan ras
ditambah dengan perbedaan agama menjadi penyebab lebih kuat untuk menimbulkan
perpecahan antar kelompok dalam masyarakat.Contoh di wilayah Indonesia, antara
Suku Aceh dan Suku Batak di Sumatera Utara. Suku Aceh yang beragama Islam dan
Suku Batak yang beragama Kristen; kedua suku itu hampir selalu hidup dalam
ketegangan, bahkan dalam konflik fisik (sering terjadi), yang merugikan
ketentraman dan keamanan.Di beberapa tempat yang terjadi kerusuhan seperti:
Situbondo, Tasikmalaya, dan Rengasdengklok, massa yang mengamuk adalah penduduk
setempat dari Suku Madura di Jawa Timur, dan Suku Sunda di Jawa Barat.
Sedangkan yang menjadi korban keganasan massa adalah kelompok pendatang yang
umumnya dari Suku non Jawa dan dari Suku Tionghoa. Jadi, nampaknya perbedaan
suku dan ras disertai perbedaan agama ikut memicu terjadinya konflik.
C. Perbedaan Tingkat Kebudayaan
Agama sebagai bagian dari budaya bangsa
manusia. Kenyataan membuktikan perbedaan budaya berbagai bangsa di dunia tidak
sama. Secara sederhana dapat dibedakan dua kategori budaya dalam masyarakat,
yakni budaya tradisional dan budaya modern.Tempat-tempat terjadinya konflik
antar kelompok masyarakat agama Islam - Kristen beberapa waktu yang lalu,
nampak perbedaan antara dua kelompok yang konflik itu. Kelompok masyarakat
setempat memiliki budaya yang sederhana atau tradisional: sedangkan kaum pendatang
memiliki budaya yang lebih maju atau modern. Karena itu bentuk rumah gereja
lebih berwajah budaya Barat yang mewah.Perbedaan budaya dalam kelompok
masyarakat yang berbeda agama di suatu tempat atau daerah ternyata sebagai
faktor pendorong yang ikut mempengaruhi terciptanya konflik antar kelompok
agama di Indonesia.
D. Masalah Mayoritas da Minoritas Golongan
Agama
Fenomena konflik sosial mempunyai aneka
penyebab. Tetapi dalam masyarakat agama pluralitas penyebab terdekat adalah
masalah mayoritas dan minoritas golongan agama.
Di berbagai tempat terjadinya konflik, massa
yang mengamuk adalah beragama Islam sebagai kelompok mayoritas; sedangkan
kelompok yang ditekan dan mengalami kerugian fisik dan mental adalah orang
Kristen yang minoritas di Indonesia. Sehingga nampak kelompok Islam yang
mayoritas merasa berkuasa atas daerah yang didiami lebih dari kelompok
minoritas yakni orang Kristen. Karena itu, di beberapa tempat orang Kristen
sebagai kelompok minoritas sering mengalami kerugian fisik, seperti: pengrusakan
dan pembakaran gedung-gedung ibadat.
// http://gplus.to/tovic */
var randomRelatedIndex,showRelatedPost;(function(n,m,k){var d={widgetTitle:"
Artikel Terkait:
",widgetStyle:1,homePage:"http://www.dte.web.id",numPosts:7,summaryLength:370,titleLength:"auto",thumbnailSize:72,noImage:"data:image/png;base64,iVBORw0KGgoAAAANSUhEUgAAAAEAAAABCAIAAACQd1PeAAAAA3NCSVQICAjb4U/gAAAADElEQVQImWOor68HAAL+AX7vOF2TAAAAAElFTkSuQmCC",containerId:"related-post",newTabLink:false,moreText:"Baca Selengkapnya",callBack:function(){}};for(var f in relatedPostConfig){d[f]=(relatedPostConfig[f]=="undefined")?d[f]:relatedPostConfig[f]}var j=function(a){var b=m.createElement("script");b.type="text/javascript";b.src=a;k.appendChild(b)},o=function(b,a){return Math.floor(Math.random()*(a-b+1))+b},l=function(a){var p=a.length,c,b;if(p===0){return false}while(--p){c=Math.floor(Math.random()*(p+1));b=a[p];a[p]=a[c];a[c]=b}return a},e=(typeof labelArray=="object"&&labelArray.length>0)?"/-/"+l(labelArray)[0]:"",h=function(b){var c=b.feed.openSearch$totalResults.$t-d.numPosts,a=o(1,(c>0?c:1));j(d.homePage.replace(/\/$/,"")+"/feeds/posts/summary"+e+"?alt=json-in-script&orderby=updated&start-index="+a+"&max-results="+d.numPosts+"&callback=showRelatedPost")},g=function(z){var s=document.getElementById(d.containerId),x=l(z.feed.entry),A=d.widgetStyle,c=d.widgetTitle+'
',b=d.newTabLink?' target="_blank"':"",y='',v,t,w,r,u;if(!s){return}for(var q=0;q0)?x[q].summary.$t.replace(/
/g," ").replace(/<.*?>/g,"").replace(/[<>]/g,"").substring(0,d.summaryLength)+"…":"";for(var p=0,a=x[q].link.length;p
"+w+''+u+' "+d.moreText+""+y+""}else{if(A==3||A==4){c+='
"+y+" "}else{if(A==5){c+='
'+w+""+y+" "}else{if(A==6){c+='- "+w+'
'+u+""+y+"
"}else{c+='- "+w+"
"}}}}}s.innerHTML=c+="
"+y;d.callBack()};randomRelatedIndex=h;showRelatedPost=g;j(d.homePage.replace(/\/$/,"")+"/feeds/posts/summary"+e+"?alt=json-in-script&orderby=updated&max-results=0&callback=randomRelatedIndex")})(window,document,document.getElementsByTagName("head")[0]);
//]]>
0 komentar:
Post a Comment