Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga saya berhasil
menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah selesai tepat pada waktunya yang
berjudul “INDONESIA PADA MASA ORDE BARU .
Makalah ini berisikan tentang sejarah bangsa Indonesia, khususnya sejarah
Indonesia pada Masa Orde Baru dan Reformasi, diharapkan makalah ini dapat
menambahkan pengetahuan kita semua, bagaimana kehidupan masyarakat dan system
pemerintahan pada masa itu.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu,
kritik dan saran dari guru dan teman-teman yang bersifat membangun , selalu
saya harapkan demi lebih baiknya makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Pondidaha, 21 januari 2014-01-22
hormat kami
penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………......……..1
DAFTAR ISI……………………………………………………….………………......….....2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………............................................................….......…3
B. Rumusan
Masalh……………………………………...............................3
C.
Tujuan……………………………………............................................….3
BAB II PEMBAHASAN
A.
Latar
Belakang Lahirnya Orde
Baru.......................................................4
B.
Perkembangan
Kekuasaan Orde Baru....................................................7
C.
Kebijakan
Pemerintah Orde Baru...........................................................9
D.
Proses
Menguatnya Peran Negara Pada Masa Orde Baru..................11
E.
Proses
Pertumbuhan Dan Mobilitas Penduduk Pada Masa Orba......12
BAB III PENUTUP
A.
KESIMPULAN……………………………………………………........14
B. SARAN……………………………………………………………..........14
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………...............……..16
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Perjalanan
hidup suatu bangsa pasti mengalami berbagai cobaan. Salah satu peristiwa
sejarah penting yang dialami bangsa Indonesia adalah Gerakan 30 September 1965.
Tragedi nasional yang dikenal sebagai G-30-S/PKI atau Gerakan September Tiga
Puluh (Gestapu) yang didalangi Partai Komunis Indonesia. Negara Kesatuan Indonesia
dan ideologi Pancasila menghadapi tantangan yang besar sejak tahun 1965, ketika
Demokrasi Terpimpin dilaksanakan dan munculnya krisis ekonomi nasional. Prinsip
Nasakom (Nasional, Agama, dan Komunis) yang dipraktekkan pada waktu itu,
memberi kesempatan kepada PKI dan organisasi pendukungnya untuk memperluas
pengaruhnya. Usaha PKI itu juga didukung oleh kondisi ekonomi nasional yang
semakin memprihatinkan. Dan kondisi sosial serta politik yang penuh gejolak
pada awal tahun 1960-an. Oleh sebab itu, PKI bersama-sama Presiden dan Angkatan
Darat menjadi kekuatan penting dibandingkan kekuatan lain dalam kehidupan
politik nasional Indonesia pada saat itu.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
Bagaiman latar belakang lahirnya
orde baru ?
Bagaimana perkembangan
kekuasaan orde baru ?
Bagaimana kebijakan pemerintah orde
baru ?
Bagaimana proses menguatnya peran
negara pada masa orde baru ?
Bagaimana proses pertumbuhan dan
mobilitas penduduk pada masa orba ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui latar belakang
lahirnya orde baru.
Untuk mengetahui perkembangan
kekuasaan orde baru.
Untuk mengetahui kebijakan pemerintah
orde baru.
Untuk mengetahui proses menguatnya
peran negara pada masa orde baru.
Untuk mengetahui proses pertumbuhan
dan mobilitas penduduk pada masa orba.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Lahirnya Orde Baru
Setelah Gerakan
30 September 1965/PKI berhasil ditumpas dan berbagai bukti-bukti yang berhasil
dikumpulkan mengarah pada PKI, akhirnya ditarik kesimpulan PKI dituding sebagai
dalang di belakang gerakan itu. Hal ini menimbulkan kemarahan rakyat kepada
PKI. Kemarahan rakyat itu diikuti dengan berbagai demonstrasi-demonstrasi yang
semakin bertambah gencar menuntut pembubaran PKI beserta organisasi massa
(ormasnya) dan tokoh-tokohnya harus diadili.
Sementara
itu, untuk mengisi kekosongan pimpinan Angkatan Darat, pada tanggal 14 Oktober
1965, panglima Kostrad / Pangkopkamtib Mayor Jenderal Soeharto diangkat sebagai
Menteri Panglima Angkatan Darat. Bersamaan dengan itu juga dilakukan
tindakan-tindakan pembersihan terhadap unsur-unsur PKI dan ormasnya.
Masyarakat
luas yang terdiri dari berbagai unsur seperti kalangan partai politik,
organisasi massa, perorangan, pemuda, mahasiswa, pelajar, kaum wanita secara
serentak membentuk satu kesatuan aksi dalam bentuk Front Pancasila untuk
menghancurkan para pendukung Gerakan 30 September 1965 / PKI yang diduga
didalangi oleh PKI. Mereka menuntut dilaksanakannya penyelesaian politis
terhadap mereka yang terlibat dalam gerakan itu. Kesatuan aksi yang muncul
untuk menentang G30S/PKI di antaranya Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI),
Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia
(KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI) dan lain-lain.
Kesatuan-kesatuan aksi yang tergabung dalam Front Pancasila kemudian lebih
dikenal dengan sebutan Angkatan 66.
Mereka yang
tergabung dalam Front Pancasila mengadakan demontrasi di jalan-jalan raya. Pada
tanggal 8 Januari 1966 mereka menuju Gedung Sekretariat Negara dengan
mengajukan pernyataan bahwa kebijakan ekonomi pemerintah tidak dapat
dibenarkan. Kemudian pada tanggal 12 Januari 1966 berbagai kesatuan aksi yang
tergabung dalam Front Pancasila berkumpul dihalaman Gedung DPR-GR untuk
mengajukan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang isinya sebagai berikut:
- Pembubaran PKI beserta organisasi massanya.
- Pembersihan Kabinet Dwikora.
- Penurunan harga-harga barang.
Pada tanggal
15 Januari 1966 diadakan sidang paripurna Kabinet Dwikora di Istana Bogor.
Dalam sidang itu hadir para wakil mahasiswa. Presiden Soekarno menuduh bahwa
aksi-aksi mahasiswa itu didalangi oleh CIA (Central Intelligence Agency)
Amerika Serikat. Kemudian pada tanggal 21 Februari 1966, presiden Soekarno
mengumumkan perubahan kabinet. Ternyata perubahan itu tidak memuaskan hati
rakyat, karena banyak tokoh yang diduga terlibat dalam G30S / PKI masih
bercokol di dalam kabinet baru yang terkenal dengan sebutan Kabinet Seratus
Menteri.
Pada saat
pelantikan kabinet tanggal 24 Februari 1966, para mahasiswa, pelajar, dan
pemuda memenuhi jalan-jalan menuju Istana Merdeka. Aksi itu dihadang oleh
pasukan Cakrabirawa. Hal ini menyebabkan terjadinya bentrokan antara pasukan
Cakrabirawa dengan para demonstran yang menyebabkan gugurnya seorang mahasiswa
bernama Arif Rahman Hakim.
Atas
kematian Arif Rahman Hakim itu membuat suasana makin lama makin memburuk.
Sayang pemerintah tidak mengambil tindakan yang tegas terhadap kejadian itu.
Akhirnya demonstrasi semakin menjadi-jadi dan pengganyangan terhadap PKI
berlangsung di mana-mana. Akhirnya pemerintah Soekarno kewalahan. Sedangkan
kepercayaan kepada Mayor Jenderal Soeharto masih dirong-rong oleh presiden
Soekarno. Beliau masih berusaha untuk mengelak memperjelas keterlibatan PKI.
Aksi-aksi mahasiswa dan siswa ini tidak saja terjadi di ibu kota Jakarta tetapi
menjalar ke seluruh kota besar dan kecil di seluruh tanah air yang mendapat
dukungan dari masyarakat dan ABRI. Aksi mahasiswa dan pelajar ini semakin jelas
tujuannya. Mereka menginginkan agar pemerintah segera memperbaiki keadaan,
terutama keadaan ekonomi dan keamanan.
Latar
Belakang Lahirnya Tritura
- Di Bidang Politik
Seperti
telah diketahui, PKI sejak dulu ingin mendirikan negara Komunis di Indonesia.
Keinginan ini mendapat tantangan dari rakyat Indonesia, terutama para perwira
ABRI. Mereka ingin satu saja ideologi di Indonesia. Ideologi itu ialah
Pancasila dasar negara kita. Bila PKI berkuasa, maka ideologi Pancasila pasti
akan dihapuskannya. Apalagi ajaran komunis itu sangat tidak sesuai dengan
kepribadian kita. Indonesia adalah negara Pancasila.
- Di Bidang Ekonomi
Menjelang
lahir Tritura, keadaan ekonomi Indonesia sangat parah. Di mana-mana terjadi
kelaparan. Tidak ada lapisan mayarakat yang hidup berkecukupan. Mereka yang
terlihat agak baik kehidupannya adalah orang-orang yang mendapat fasilitas dari
PKI atau orang-orang yang bersekongkol dengan partai itu. Kebutuhan sepuluh
bahan pokok, yaitu kebutuhan sehari-hari dikuasai oleh pemerintah. Akhirnya
kebutuhan itu berada di tangan orang-orang PKI yang ikut berkuasa dalam
pemerintahan Presiden Ir. Soekarno. Dari sepuluh bahan pokok itu yang
paling utama ialah sandang dan pangan. Oleh karena kebutuhan sepuluh bahan
pokok itu dikuasai oleh pemerintah, maka kepada rakyat diberikan jatah beras,
sandang atau pangan. Dalih pemerintah Ir. Soekarno pada waktu itu ialah agar
kita berhemat, sebab revolusi belum selesai.
- Di Bidang Pemerintahan
Dalam
lembaga pemerintahan sebagian masih terdapat orang yang berpaham komunis. PKI
belum dibubarkan. Jenderal Soeharto sangat hati-hati akan situasi ini. Ia masih
harus memerlukan waktu untuk menentukan mana kawan dan mana lawan. Bila tidak
diambil tindakan yang bijaksana, akibatnya akan bertambah buruk, apalagi
keadaan bertambah buruk lagi, ketika Ir. Soekarno menolak untuk mengeluarkan
orang-orang Komunis atau PKI yang duduk di lembaga pemerintahan.
DPRGR masih
menampung orang-orang PKI. Keadaan seperti ini menambah sulitnya keadaan.
Apalagi orang-orang yang diangkat oleh Presiden Soekarno menjadi para menteri
masih dipenuhi oleh oknum-oknum PKI dan organisasi yang seazas. Keadaan seperti
ini harus dibersihkan. Demikianlah aksi mahasiswa dan masyarakat. Seluruh
rakyat menuntut agar kabinet harus dibersihkan dari tangan-tangan orang PKI
yang telah nyata terlibat dalam Gerakan 30 September 1965 atau G.30 S/PKI. PKI
dan antek-anteknya mempunyai dasar dan pandangan hidup bangsa PANCASILA.
KAMI
Dibubarkan
Setelah
mempelajari situasi negara yang sangat penting itu Mayor Jenderal Soeharto
selaku Panglima Kostrad, Komando Keamanan dan Pemulihan Keamanan mulai mencari
langkah yang bijaksana untuk mengatasinya. Sementara itu aksi mahasiswa
meningkat terus yang ditunjukkan langsung kepada Pendukung Soekarnoisme (BPS).
Hal ini tentu sangat berbahaya, sebab sudah ada dua golongan yang akan saling
bermusuhan. Tetapi berkat kebijaksanaan Mayor Jenderal Soeharto keadaan dapat
diatasi. BPS hilang dengan sendirinya dan KAMI seolah-olah mendapat angin.
Semua komponen dalam kesatuan aksi itu bekerjasama dengan ABRI selaku pelindung
dan pembela rakyat. Pada tanggal 26 Februari 1966, KAMI dibubarkan oleh Presiden
Soekarno, tetapi aksi Tritura tetap dilanjutkan. Rakyat tetap berdiri disamping
pemimpinnya. Walaupun Mayor Jenderal Soeharto telah mempunyai konsep untuk
menenangkan suasana, akan tetapi belum dapat berbuat banyak Karena atasannya
masih ada yaitu Presiden Soekarno. Oleh sebab itu perlu dicari waktu yang
tepat.
Dari KAMI
yang dibubarkan, perjuangan berpindah secara estafet kepada KAPPI (Kesatuan
Aksi Pemuda Pelajar Indonesia). Demonstrasi bertambah hebat. Suasana semakin
memuncak. Jakarta berada dalam keadaan demam revolusi. Penyerangan Cakrabirawa
ke U. I. di gagalkan oleh Jenderal Soeharto dengan menempatkan pasukan Kostrad
di sana. Puncak kejadian ialah tanggal 11 Maret 1966, sewaktu Soekarno memimpin
kabinet di istana negara, tiba-tiba Ajudan Presiden, Kolonel Bambang Wijarno
menyampaikan laporan kepada Presiden, bahwa pasukan tentara yang tak dikenal
kesatuannya, sedang menuju istana. Soekarno terkejut, lalu menyerahkan pimpinan
sidang kepada Dr. Leimena, kemudian lari terbirit-birit menuju helikopter yang
berada di halaman istana. Wakil-wakil Perdana Menteri Dr. Soebandrio dan
Chairul Saleh mengikut di belakang. Mereka bertiga terbang ke Bogor.
Jenderal
Soeharto mengirim delegasi ke Bogor untuk bermusyawarah dengan Presiden.
Delegasi itu terdiri dari tiga Jenderal, yaitu AMIRMACHMUD, BASUKI RACHMAT dan
M. JUSUF. Musyawarah menghasilkan Surat Perintah 11 Maret yang berisi tentang
pemindahan kekuasaan eksekutif dari presiden Soekarno kepada Jenderal SOEHARTO.
Berdasarka Surat Perintah 11 Maret ini, Jenderal Soeharto mengeluarkan
keputusan membubarkan PKI atas nama Presiden, Keputusan ini sangat mengejutkan
Soekarno.
Dalam pada
itu Jenderal Soeharto berusaha dengan gigih meyakinkan Soekarno bahwa sebagian
pembantu-pembantunya dalam kabinet yang menjadi tuntutan massa
demonstran-demonstran, antaranya Dr. Soebandrio, tidak mungkin dipertahankan
lagi. Presiden Soekarno sudah dapat memahami dan menerima keadaan itu. Tetapi
pada tanggal 16 Maret 1966, tiba-tiba Presiden Soekarno mengeluarkan
pengumuman, yang isinya pada hakekatnya mencabut isi dari Surat Perintah 11
Maret 1966. Pengumuman Presiden Soekarno ini sangat mengejutkan Jenderal
Soharto dan para Panglima militer, serta membangkitkan kemarahan massa kembali
Jenderal
Soeharto bertindak mendahului massa, sehingga keadaan tetap dikuasai. Pada
tanggal 18 Maret 1966 dikeluarkan Surat Keputusan atas nama Presiden oleh
Jenderal Soeharto, menangkap dan menahan lima belas Menteri, serta menunjuk
penggantinya sekali. Tindakan Jenderal Soeharto yang mendahului massa ini,
sangat mencengangkan. Jenderal Soeharto yang tadinya diduga dan dituduh lamban,
ternyata seorang yang bertindak tepat pada waktunya, dengan perhitungan yang
masak. Kekuatan Presiden Soekarno sudah habis. Menurut hukum revolusi,
riwayatnya sudah tamat, dan Presiden Soekarno sudah tidak ada lagi. Kekuasaan
sudah berada dalam tangan Jenderal Soeharto.
Sementara
itu Jenderal Soeharto telah berusaha menyempurnakan MPRS, DPRGR, DPA dan
Lembaga Pemerintah Pusat yang lain. Dengan cara begini, ia telah mengambil
langkah-langkah untuk memberikan nafas bagi kehidupan demokrasi kembali,
setapak demi setapak, sesuai dengan kemungkinan. Pada tanggal 20 Juni 1966,
sampai tanggal 6 Juli 1966, diadakan sidang MPRS, yang ke-IV di Jakarta. Presiden
Soekarno sebagai Kepala Negara, diminta memberikan laporan kepada sidang,
mengenai pemberontakan G 30 S yang gagal. Pemberian laporan pertanggungan jawab
oleh Presiden Soekarno itu, sekaligus juga merupakan langkah mematuhi UUD 45.
B. Perkembangan Kekuasaan Orde
Baru
Dengan Surat
Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) Soeharto mengatasi keadaan yang serba tidak
menentu dan sulit terkendali itu. Dengan berkuasanya Soeharto sebagai pemegang
tampuk pemerintahan di negara Republik Indonesia sebagai pengganti Presiden
Soekarno, maka dimulailah babak baru yaitu sejarah Orde Baru.
Pada
hakikatnya, Orde Baru merupakan tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa, dan
negara yang diletakkan pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945, atau
sebagai koreksi terhadap penyelewengan-penyelewengan yang terjadi di masa
lampau. Di samping itu juga berupaya menyusun kembali kekuatan bangsa untuk
menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan
bangsa.
Permulaan
tahun 1967 suasana bertambah panas lagi. Mahasiswa-mahasiswa turun ke jalan
kembali, dengan sasaran yang terang, yaitu Soekarno. Pada tanggal 23 Januari
1967, Jenderal Soeharto mengeluarkan pengumuman yang bernada keras, terhadap
kontra-kontra Orde Baru. Dalam pengumuman itu, ditegaskan bahwa kesabaran yang
diperlihatkan Angkatan Bersenjata dalam menghadapi bencana Gestapu/PKI akan
sampai pada batasnya: “Di saat itu kita akan menarik garis yang jelas antara
kita dan mereka yang berdiri di luar garis yang telah ditentukan oleh MPRS. Barulah
di waktu itu, kita akan mengambil langkah-langkah yang tegas dan tindakan yang
keras terhadap siapapun”.
Setelah
peristiwa G30S / PKI, negara Republik Indonesia dilanda instabilitas politik
akibat tidak tegasnya kepemimpinan Presiden Soekarno dalam mengambil keputusan
atas peristiwa itu. Sementara itu, partai-partai politik terpecah belah dalam
kelompok-kelompok yang saling bertentangan, antara penentang dan pendukung
kebijakan Presiden Soekarno. Selanjutnya, terjadilah situasi konflik yang
membahayakan persatuan dan keutuhan bangsa.
Melihat
situasi konflik antara masyarakat pendukung Orde Lama dengan Orde Baru semakin
bertambah gawat, DPR-GR berpendapat bahwa situasi konflik harus segera
diselesaikan secara konstitusional. Pada tanggal 3 Februari 1967 DPR-GR
menyampaikan resolusi dan memorandum yang berisi anjuran kepada ketua Presidium
Kabinet Ampera agar diselenggarakan Sidang Istimewa MPRS.
Pada tanggal
20 Februari 1967, Presiden Soekarno menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada
Soeharto. Penyerahan kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada Soeharto
dikukuhkan di dalam sidang Istimewa MPRS. MPRS dalam ketetapannya No.
XXXIII/MPRS/1967 mencabut kekuasaan pemerintahan negara dari Presiden Soekarno
dan mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia. Dengan
adanya ketetapan MPRS itu, situasi konflik yang merupakan sumber instabilitas
politik telah berakhir secara konstitusional.
Sekalipun
situasi konflik berhasil diatasi, namun kristalisasi Orde Baru belum selesai.
Untuk mencapai stabilitas nasional diperlukan proses yang baik dan wajar, agar
dapat dicapai stabilitas yang dinamis, yang mendorong dan mempercepat
pembangunan. Proses ini dimulai dari penataan kembali kehidupan politik yang
berlandaskan kepada Pancasila dan UUD 1945.
Usaha
penataan kembali kehidupan politik dimulai pada awal tahun 1968 dengan
penyegaran DPR-GR. Penyegaran ini bertujuan untuk menumbuhkan hak-hak demokrasi
dan mencerminkan kekuatan-kekuatan yang ada di dalam masyarakat. Komposisi
anggota DPR terdiri dari wakil-wakil partai politik dan golongan karya. Tahap
selanjutnya adalah penyederhanaan kehidupan kepartaian, keormasan dan kekaryaan
dengan cara pengelompokkan partai-partai politik dan golongan karya. Usaha ini
dimulai tahun 1970 dengan mengadakan serangkaian konsultasi dengan pimpinan
partai-partai politik. Hasilnya lahirlah tiga kelompok di DPR yaitu:
- Kelompok Demokrasi Pembangunan yang terdiri dari parta-ipartai PNI, Parkindo, Katolik, IPKI, serta Murba.
- Kelompok Persatuan Pembangunan yang terdiri dari partai-partai NU, Partai Muslimin Indonesia, PSII, dan Perti.
- Sedangkan kelompok organisasi profesi seperti organisasi pemuda, organisasi tani dan nelayan, organisasi seniman dan lain-lain tergabung dalam kelompok Golongsan Karya.
Selanjutnya
pemerintah Orde Baru memurnikan kembali politik luar negeri yang bebas-aktif.
Politik konfrontasi dengan Malaysia dihentikan. Normalisasi hubungan
Indonesia-Malaysia berhasil dicapai dengan ditandatanganinya Jakarta Accord
pada tanggal 11 Agustus 1966. Kemudian pemerintah memutuskan untuk kembali
menjadi anggota PBB sejak tanggal 28 September 1966, guna mengembalikan
kepercayaan dunia internasioanal serta menumbuhkan saling pengertian yang
sangat bermanfaat bagi pembangunan. Di samping itu, untuk mempererat dan
memperluas hubungan kerja sama regional bangsa-bangsa Asia Tenggara, pada
tanggal 8 Agustus 1967 Deklarasi Bangkok berhasil ditandatangani. Dengan ini,
lahirlah Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau Association of South
East Asian Nation (ASEAN). Perhimpunan ini beranggotakan Indonesia,
Muangthai, Malaysia, Singapura, dan Filipina.
C. Kebijakan Pemerintahan Orde Baru
Setelah
berhasil memulihkan kondisi politik bangsa Indonesia, langkah selanjutnya yang
ditempuh oleh pemerintah adalah melaksanakan Pembangunan Nasional. Pembangunan
Nasional yang diupayakan pada zaman Orde Baru direalisasikan melalui
Pembangunan Jangka Pendek dan Pembangunan Jangka Panjang. Pembangunan Jangka
pendek dirancang melalui Pembangunan Lima Tahun (pelita). Setiap pelita
memiliki misi pembangunan dalam rangka mencapai tingkat kesejahteraan bangsa
Indonesia.
Untuk
memberikan arah dalam usaha mewujudkan tujuan nasional tersebut, maka MPR telah
menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) sejak tahun 1973, yang pada
dasarnya merupakan pola umum pembangunan nasional dengan rangkaian
program-programnya. GBHN dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun
(Repelita) yang berisi program-program konkret yang akan dilaksanakan dalam
kurun waktu lima tahun. Pelaksanaan Repelita telah dimulai sejak tahun 1969. Dilakukan
pembangunan nasional pada masa orde baru dengan tujuan terciptanya masyarakat
yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Arah dan kebijaksanaan
ekonominya adalah pembangunan pada segala bidang. Pedoman pembangunan nasional adalah
Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan. Inti dari kedua pedoman
tersebut adalah kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat dalam suasana
politik dan ekonomi yang stabil. Isi trilogi Pembangunan adalah sebagai berikut
:
Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.Ø
Stabilitas nasional yang sehat dan dinamisØ
Pelaksanannya pembanguanan nasional dilakukan secara bertahap yaitu:
Jangka panjang mencakup periode 25 sampai 30 tahunØ
Jangka pendek mencakup periode 5 tahunØ
(pelita / pembangunan lima tahun), merupakan jabaran lebih rinci dari pembangunan jangka panjang sehingga tiap pelita akan selalu saling berkaitan/berkesinambunagn .
Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.Ø
Stabilitas nasional yang sehat dan dinamisØ
Pelaksanannya pembanguanan nasional dilakukan secara bertahap yaitu:
Jangka panjang mencakup periode 25 sampai 30 tahunØ
Jangka pendek mencakup periode 5 tahunØ
(pelita / pembangunan lima tahun), merupakan jabaran lebih rinci dari pembangunan jangka panjang sehingga tiap pelita akan selalu saling berkaitan/berkesinambunagn .
Selama periode Orde Baru terdapat 6 pelita, yaitu :
Pelita IØ
Dilaksanakan pada 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974 yang menjadi landasan awal pembanguna ORBA
.
Tujuan Pelita I : untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan dalam tahap berikutnya.
Tujuan Pelita I : untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan dalam tahap berikutnya.
Sasaran Pelita I : pangan, sandang, perbaikan prasarana,perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani.
Titik Berat Pelita I : pembanguan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan bidang pertanian, karena mayoritas penduduk Indonesia masih hidup dari hasil pertanian.
Muncul peristiwa marali (malapetaka limabelas januari) terjadi pada tanggal 15-16 Januari 1974 bertepatan dengan kedatangan PM Jepang Tanaka ke Indonesia. Peristiwa ini merupakan kelanjutan demonstrasi para mahasiswa yang menuntut Jepang agar tidak melakukan dominasi ekonomi di Indonesia sebab produk barang Jepang terlalu banyak beredar di Indonesia. Terjadilah pengrusakan dan pembakaran barang-barang buatan Jepang.
Pelita IIØ
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1974 hingga 31 Maret 1979.
Sasaran Utamanya adalah tersedianya pangan, sandang, perumahan, sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat dan memperluas kesempatan kerja. Pelaksanaan Pelita II cukup berhasil, pertimbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7 % per tahun. Pada awal pemerintahan Orde Baru laju inflasi mencapai 60 % dan pada akhir Pelita I laju inflasi turun menjadi 47 %. Selanjutnya pada tahun keempat Pelita II, inflasi menjadi 9,5 %.
Pelita IIIØ
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1979 hingga 31 Maret 1984. Pelita III pembangunan masih berdasarkan pada Trilogi Pembangunan dengan penekanan lebih menonjol pada segi pemerataan yang dikenal dengan Delapan Jalur Pemerataan, yaitu:
a) Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, khususnya sandang, pangan, dan perumahan
b) Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
c) Pemerataan pembagian pendapatan
d) Pemerataan kesempatan kerja
e) Pemerataan kesempatan berusaha
f) Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan kaum perempuan
g) Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air
h) Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan
Pelita IVØ
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1984 hingga 31 Maret 1989. titik beratnya adalah sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri sendiri. Terjadi resesi pada awal tahun 1980 yang berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Pemerintah akhirnya mengeluarkan kebijakan moneter dan fiskal sehingga kelangsungan pembangunan ekonomi dapat dipertahankan
Pelita VØ
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1989 hingga 31 Maret 1994. Titik beratnya pada sektor pertnian dan industri. Indonesia memiliki kondisi ekonomi yang cukup baik dengan pertumbuhan rata-rata 6,8% per tahun. Posisi perdagangan luar negri memperlihatkan gambaran yang menggembirakan. Peningkatan ekspor lebih baik dibanding sebelumnya .
Pelita VIØ
Dilaksankan pada tanggal 1 April 1994 hingga 31 Maret 1999. Titik beratnya pada pembangunan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembanguan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya. Pada periode ini terjadi krisis moneter yang melanda Negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis moneter dan peristiwa plitik dalam negri yang mengganggu perekonomian menyebabkan rezim Orde Baru runtuh.
D. Proses Menguatnya Peran Negara Pada Masa Orde Baru
Sejak Orde
Baru berkuasa, telah banyak perubahan yang telah dicapai oleh bangsa Indonesia
melalui tahap-tahap pembangunan di segala bidang. Pemerintah Orde Baru berusaha
meningkatkan peran nagara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena
itu, langkah yang dilakukan pemerintah Orde Baru adalah menciptakan stabilitas
ekonomi politik. Tujuan perjuangan Orde Baru adalah menegakkan tata kehidupan
negara yang didasarkan atas kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945. Pada
Sidang umum IV MPRS telah diambil suatu keputusan untuk menugaskan Jenderal
Soeharto selaku pengemban Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar, yang
sudah ditingkatkan menjadi ketetapan MPRS No. IX/MPRS 1966 untuk membentuk
kabinet baru.
Pembentukan
kabinet baru ini dinamai Kabinet Ampera. Kabinet Ampera dibebani tugas untuk
menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai persyaratan untuk
melaksanakan pembangunan nasional. Tugas itulah yang kemudian dikenal dengan
sebutan Dwi Darma Kabinet Ampera. Adapun program yang dibebankan oleh
MPRS kepada kabinet Ampera adalah:
v
Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan.
v
Melaksanakan Pemilihan Umum dalam batas waktu seperti tercantum dalam Ketetapan
MPRS No. XI/MPRS/1966 yakni 5 JUli 1968.
v
Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional
sesuai dengan Ketetapan MPRS No. XI/MPRS/1966.
v
Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk
dan manifestasinya.
Keempat
program Kabinet Ampera ini disebut Catur Karya Kabinet Ampera. Program ini
dijalankan oleh pemerintah Orde Baru. Pada tanggal 21 Maret 1968, Jenderal
Soeharto selaku Pejabat Presiden menyampaikan laporan kepada Sidang umum V MPRS
mengenai pelaksanaan Dwi Darma dan Catur Karya Kabinet Ampera. Pertama kali
dilaporkan bahwa telah dilaksanakan usaha mendudukkan kembali posisi, fungsi
dan hubungan antar lembaga negara tertinggi sesuai dengan yang diatur dalam UUD
1945. Menurut UUD 1945, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) memegang kekuasaan
tertinggi dalam negara Republik Indonesia. Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) berada dibawah MPR.
Pada masa
Orde Baru tatanan kehidupan kenegaraan dikembalikan kepada kemurnian
pelaksanaan UUD 1945, hal itu terlihat pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia, dimana Presiden Soeharto berbicara langsung di hadapan wakil-wakil
rakyat yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Pidato kenegaraan Presiden Soeharto
selalu diucapakan di depan sidang DPR.
E. Proses pertumbuhan dan mobilitas
penduduk pada masa orde baru
Masa orde
baru tingkat pertumbuhan penduduk pertahun mengalami penurunan barkat
keberhasilan program KB dan perbaikan gizi serta kesehatan masyarakat.
Tingginya
angka pertumbuhan penduduk dan berkurangnya lahan pertanian karena untuk
keperluan nonpertanian. Sebagai akibat, persentase penduduk yang bermukim
diperkotaan meningkat. Dari segi ekonomi program redistribusi penduduk yaitu
menyediakan tenaga kerja untuk perluasan produksi di daerah dan pembukaan
lapangan kerja baru. Dari aspek ideologi redistribusi meningkatkan kesadaran
berbangsa dan bernegara. Dari aspek politik, redistribusi penduduk menunjang
pembauran etnik atau suku bangsa, mempersempit kesenjangan kelas serta
meningkatkan hubungan antar kelompok masyarakat yang multikultural. Dan dari
segi keamanan redistribusi penduduk mewujudkan sistem pertahanan dan keamanan
rakyat semesta atau (sishankamrata).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan
diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, peristiwa 30 September 1965 Tragedi
Berdarah dalam sejarah bangsa Indonesia membawa masyarakat Indonesia untuk
menata kembali kehidupan berbangsa dan bernegara kembali kepada ideologi
Pancasila dan UUD 1945. Dan keinginan untuk melaksanakan secara murni dan
konsekwen Ideologi negara Pancasila dan UUD 1945. Dalam peristiwa tanggal 30
September 1965 ini telah membawa korban rakyat banyak, dan para pemimpin bangsa
diantaranya tujuh orang Perwira Tinggi Angkatan Darat. Tuntutan masyarakat
terhadap aksi Gerakan 30 September semakin meningkat. Hal ini menimbulkan
tekanan berat bagi Pemerintah Soekarno untuk memberikan perintah kepada Letnan
Soeharto sebagai Panglima Angkatan Darat untuk memulihkan keadaan dan wibawa
pemerintah. Dalam menjalankan tugas Letnan Jenderal Soeharto juga harus
melaporkan segala sesuatu kepada Presiden Soekarno, mandat itu dikenal dengan
nama Supersemar.
Kebijaksanaan
politik luar negeri Indonesia pada masa Orde Baru ini adalah: menghentikan
konfrontasi dengan Malaysia, memprakarsai terbentuknya ASEAN, keikutsertaan
Indonesia dalam Organisasi Internasional. Kebijaksanaan politik dalam negeri
Indonesia pada masa Orde Baru diantaranya adalah: melasanakan pemilu, penataan
dalam bidang Pemerintahan mulai dari Tingkat Pusat sampai ke bawah,
melaksanakan berbagai sektor pembangunan dalam negeri seperti: sektor ekonomi,
sosial, dan budaya.
B. SARAN
Perjalanan
kehidupan birokrasi di Indonesia selalu dipengaruhi oleh kondisi sebelumnya.
Budaya birokrasi yang telah ditanamkan sejak jaman kolonialisme berakar kuat
hingga reformasi saat ini. Paradigma yang dibangun dalam birokrasi Indonesia
lebih cenderung untuk kepentingan kekuasaan. Struktur, norma, nilai, dan
regulasi birokrasi yang demikian diwarnai dengan orientasi pemenuhan
kepentingan penguasa daripada pemenuhan hak sipil warga negara. Budaya
birokrasi yang korup semakin menjadi sorotan publik saat ini. Banyaknya kasus
KKN menjadi cermin buruknya mentalitas birokrasi secara institusional maupun
individu.
Sejak orde
lama hingga reformasi, birokrasi selalu menjadi alat politik yang efisien dalam
melanggengkan kekuasaan. Bahkan masa orde baru, birokrasi sipil maupun militer
secara terang-terangan mendukung pemerintah dalam mobilisai dukungan dan finansial.
Hal serupa juga masih terjadi pada masa reformasi, namun hanya di beberapa
daerah. Beberapa kasus dalam Pilkada yang sempat terekam oleh media menjadi
salah satu bukti nyata masih adanya penggunaan birokrasi untuk suksesi.
Sebenarnya penguatan atau ”penaklukan” birokrasi bisa saja dilakukan dengan
catatan bahwa penaklukan tersebut didasarkan atas itikad baik untuk
merealisasikan program-program yang telah ditetapkan pemerintah. Namun
sayangnya, penaklukan ini hanya dipahami para pelaku politik adalah untuk
memenuhi ambisi dalam memupuk kekuasaan.
Mungkin
dalam hal ini, kita sebagai penerus bangsa harus mampu dan terus bersaing dalam
mewujudkan Indonesia yang lebih baik dari sebelumnya , harga diri bangsa
Indonesia adalah mencintai dan menjaga aset Negara untuk dijadikan simpanan
buat anak cucu kelak. Dalam proses pembangunan bangsa ini harus bisa menyatukan
pendapat demi kesejahteraan masyarakat umumnya.
Daftar Pustaka
Usman,
Sjarif. 1972. Mengapa Rakyat Indonesia Mendukung Presiden Soeharto. cetakan
ke III. Djakarta.
Nogroho,
Notosusanto. 1990. Sejarah Nasional Indonesia jilid 1-6. Jakarta: Balai
Pustaka.
Mulyono,
Doto. 1985. Kekuasaan MPR Tidak Mutlak. Jakarta: Erlangga.
Sunny,
Ismail. 1986. Pergeseran Kekuasaan Eksekutif. Jakarta: Aksara Baru.
“Indonesia
pada masa Orde Baru”, Erlangga, Hal. 2-3.
Sjarif
Usman, “Mengapa Rakyat Indonesia Mendukung Presiden Soekarno”, Hal.
40-41.
Sjarif
Usman, “Mengapa Rakyat Indonesia Mendukung Presiden Soekarno”, Hal.
43.
“Indonesia
Pada Masa Orde Baru”, Erlangga, Hal. 3.
“Indonesia
Pada Masa Orde Baru”, Erlangga, Hal. 5-6.
“Indonesia
Pada Masa Orde Baru”, Erlangga, Hal. 7.
*
http://rinahistory.blog.friendster.com/2008/11/indonesia-masa-orde-baru/
* http://id.wikipedia.org/wiki/Soeharto
* http://www.indonesiaindonesia.com/f/2390-indonesia-era-orde-baru/
* http://id.wikipedia.org/wiki/Soeharto
* http://www.indonesiaindonesia.com/f/2390-indonesia-era-orde-baru/
http://adypato.wordpress.com/2010/06/16/kondisi-ekonomi-indonesia-pada-masa-orde-baru/
0 komentar:
Post a Comment