This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Thursday, February 1, 2018

I'M HAPPY FOR YOU Oleh Efendi Nendri

https://aff.mbtrack.info/9yLRsHH456r0B-xUx8MSflZdxYkK9vvKWmCmwWPYM2FH9DRnAEMqSPzDQmAlztD4k3fUosyCxom9oMM6BMg-Jw

I'M HAPPY FOR YOU
Oleh Efendi Nendri

Aku tahu..
Kau kan lebih bahagia
Jika bersamanya
Dan bukan denganku

Aku sadar diri
Aku yang begini
Memang tak pantas dicintai olehmu
Iyah aku tahu itu

Hatiku hampa
Fikiranku kacau
Ketika ku melihat fotonya
Berdua mesra bersamamu

Sungguh aku tak percaya
Tapi memang ini kenyataanya
Aku coba tuk pasrah
Bukan berarti aku lemah

Dan bukan berarti aku
Lelah untuk mengejarmu
Tapi aku ingin kau bahagia
Bersama siapa saja

Karna kebahagiaanmu itu
Adalah yang terpenting
Dalam masa hidupku
Dan aku tetap sayang

Meskipun kau tak lagi sayang
aku turut berbahagia untukmu
Semoga bersamanya kau disayang
Dan bisa lebih dari rasa sayangku

PERMOHONAN Oleh Mangku Langit Jingga

http://go.ad2upapp.com/afu.php?id=1171396

PERMOHONAN
Oleh Mangku Langit Jingga

Dari hati yang terdalam
Permohonan ku tersampaikan
Ucapanku yang mengharap mu
Andai kau mengerti

Tak semudah membalikan telapak tangan
Kadang hidup tak sesui dengan kenyataan..
Aku hanya perlu waktu
Untuk gapai sukses ku
Setelah itu barulah kamu

Akan ada saat dimana ku siap
Akan ku temui kedua orang tua mu
Tuk meminta restu
Kini ku harapkan kita saling berjuang

SEKALI SAJA Oleh Mangku Langit Jingga


SEKALI SAJA
Oleh Mangku Langit Jingga

Sayang ku akan coba katakan
Betapa besar harapku
Hanya kau yang ku inginkan
Setelah hari hari yang biasa kita lalui

Mengapa kini tidurku tak lelap
Khayalanku hanya denganmu
Ku ingin sampaikan ini cukupsekali
Sudikah kiranya kamu menerima aku

Aku yang mengajakmu halal dalam pernikahan?
Aku yang jauh dari kata sempurna
Aku yang nantinya akan selalu ada di malam mu
Aku yang berharap kepadamu

BAYANG SEMU Oleh Putri Linda Sari

https://aff.mbtrack.info/9yLRsHH456r0B-xUx8MSflZdxYkK9vvKWmCmwWPYM2FH9DRnAEMqSPzDQmAlztD4k3fUosyCxom9oMM6BMg-Jw

BAYANG SEMU
Oleh Putri Linda Sari

Jauh darimu aku hanya sebuah angan
Berada dihadapanmu hanya sebuah bayang
Tak berarti apa-apa
Tak guna apa-apa

Aku bahagia saat jenuhku bersamamu
Meski kamu acuh atas rasa itu
Aku tau, mengerti, dan juga faham
Hatimu hanya untuk dia yang kamu beri senyum
Bahkan waktuku untukmu tak mampu menggantinya
Tak bisa sedetikpun memalingkanmu darinya

Sekarang aku sadar..
Ragamu selalu bersama dan menemaniku
Namun hati dan fikiranmu hanya terpaut padanya

Tapi tenanglah..
Semua itu takkan membuatku meninggalkanmu
Akan kusimpan baik-baik rasa ini
Akan kubuatkan ruang tersendiri dihatiku

Ku lepas kamu..
Namun akan kujaga kamu dari kejauhan
Karena aku tak mau mengurungmu dalam kemunafikanku

SUKMAMU YANG TERGANTUNG Oleh Lanang Rachmadi

https://aff.mbtrack.info/9yLRsHH456r0B-xUx8MSflZdxYkK9vvKWmCmwWPYM2FH9DRnAEMqSPzDQmAlztD4k3fUosyCxom9oMM6BMg-Jw

SUKMAMU YANG TERGANTUNG
Oleh Lanang Rachmadi

Kaku tempatmu bersandar dalam kenang..
Lukis lelah serta puasmu jelas terisat di sorortan matamu..
Dalam kerangka kenangan engkau gunakan pelapis banggamu..
kaku ungkapmu yang memilih bungkam..

Layangan rasa penasaran..
Memaksa mengerti ungkapan bungkam itu..
Hitamnya jalan kenangan..
Kelamnya masa membelenggu rasa..

Gelegar gencatab bak lagu terkutuk..
Banjir darah jadi sulutan semangatmu..
Geletaknya yang tak bernyawa pacu Jiwa..
Dalam segala lelah dan resah engkau berjuang..

Engkau lupakan segala kepunyaanmu..
Langkah hampa yang tak memiliki kemungkinan..
Wujudkan Impian mulia..
Atas nama Bangsa Indonesia..

Tidak di hiraukannya upah atas jasa..
Gugurnya engkau mempertahankan kesaktian bangsa..
Dalam sukma yang tergantung.
Mati masa yang hidup sukmanya dalam kenangan..

Tuesday, December 26, 2017

Pujangga dan Hujan Oleh Jayanto Halim Tjoa

http://go.ad2upapp.com/afu.php?id=1171396


Pada hari yang baik di bulan yang baik ini;
 Hujan turun lagi membasahi segenap pertanahan;
 Dibalik bulirnya seorang pujangga termenung;
Menuliskan kembali lirik-lirik tersedih dalam puisinya:
Wahai imaji hujan di masa lalu;
Pernah kulupa namun mengapa belum kurela?
 Wahai melodi hujan di masa lalu;
Kembali kau ketuk palung paling dalam;
Kehalusan suara wanita yang pernah ada;
 Mengapa tak lenyap bersama kejatuhanmu?
Apakah lagi-lagi aku berdiri pada persimpangan yang sama?
Penuh kabut, memudar namun seyogianya belum sirna;
 Tahun demi tahun telah berlalu bersama kejatuhan hujan;
 Namun mengapa kesepian tak pernah berlalu?
 Walau kesedihan menolak segala kefanaan;
Yang belum berubah menjadi sebuah kejadian;
 Yang menolak segala bentuk pengulangan;
 Apakah kekosongan merupakan bentuk realita tertunggal
Yang selamanya akan terus berbahasa dalam kebisuannya?
Mengapa masih aku mengaku yang tertabah;
Jika musibah tak mampu melenyapkan;
 Segala terpaan angin rindu yang pernah berhembus?
Jika segala ketakuan masih menjadi ada dalam tiada;
 Mengapa pernah juga kau lepas ikatan kita?
 Perlahan kata-kata itu meresap kepada perakaran;
 Sebolehjadinya ujung pena tak mampu memahami;
Segala makna yang tersirat dalam rampaian puisinya;
 Bila kepergianmu adalah kesenduan dari berkat kehidupan;
 Ajarkanlah aku berdamai dengan segala bentuk prasangka;
 Yang datang bersama bayanganmu di kala hujan.


Saturday, December 16, 2017

Ada Senja Bingkai Rindu

http://go.ad2upapp.com/afu.php?id=1171396



Ada Senja Bingkai Rindu
Oleh Tan Mudo Setjangkir Berlian

Pada senja, aku berkelana mencari rindu
 Jauhku mentatah langkah hingga ke hujung sendu
 Hanya karna senja, melangkah tiada ragu Namun,
 
selalu saja perjalanan mereguk pilu Pada Senja,
 aku kuatkan langkah kaki Menganyam senyum
aku dan kau di tepian hari Merenggas sunyi hingga
sirna di lubuk hati Dan pastikan senja dapatku
kuasai Pada Senja, nan lembut dengan langit
kemerah-merahan Bias helaian jingga lepas menawan
Oh senja, sumbringah aku tak tertahankan Pongah
 aku, terhanyut senja di pancang kerinduan Pada senja,
 lamat-lamat kusaksikan Bias menguncup di fajar
 ke balik cakrawala Perlahan gelap merapal,
 surai jingga pelita dalam pelukan Tak lupa aku menyisipkan senja,
tuk bingkai rindu ini


Kumerindu

http://go.ad2upapp.com/afu.php?id=1171396



Kumerindu
Oleh Frida Ayu Mandana

Senja berlabuh dipundakku
Setelah berlayar jauh dilautan keruh Mencari mutiara
yang dulu pernah hilang Terhantam cadas ia karam Malam
membuai anganku Terisi oleh detak jam bertalu-talu Sekuntum
mawar mulai layu Tertinggal jauh oleh waktu Pagi buta
 mencium sukma Menyambut buku jiwa yang hampa
Bisikan dan harapan menjadi pinta Terhimpit ruang dan
 waktu untuk berkata Aku merindukanmu,
Seperti kumbang merindukan bunga
 Menantinya mekar kembali Aku merindukanmu,
Seperti senja merindukan malam Menunggu cakrawala
menggulung Bumi Aku merindukanmu,
Seperti malam kelabu Dirajuk bulan yang bersembunyi
 Dan aku merindukanmu, Antara pagi, senja dan malamku…………….


sahabat tapi suka


http://go.ad2upapp.com/afu.php?id=1171396


sahabat tapi suka
Oleh cecep ahmad hidayat

WAktu yang telah tebina
Menghantarkan pada rasa yang tak teterka Mungkin itu cinta?
Atau hanya biasa saja Perhatian
selalu diberikan Berharap kau mampu
mengartikan Atas semua
pengorbanan yang ku
lakukan Segala hal adalah
sebuah kesalahan Berbicara
takut menghancurkan Diam ternyata malah menyakitkan


Saturday, December 2, 2017

NEGERI YATIM

 http://go.ad2up.com/afu.php?id=1171396


NEGERI YATIM
: Wiji Thukul Wijaya
Puisi Acep Syahril

Di rumahmu yang sumpek itu tanpa basa basi
kita saling mentertawakan diri sendiri
kau tertawa melihat telapak kakiku yang lebar
aku juga tertawa melihat mata dan gigimu
yang maju nanar leak karib yang mempertemukan
kita cuma tertawa lalu kau perkenalkan sipon
istrimu padaku aku serius menyambut
uluran tangannya tanpa tawa karena aku tau
kau terus mengawasi hatiku yang menggoda
setelah itu kita mulai cerita dan tak banyak
bicara soal sastra tapi sedikit menyinggung
tentang negara kau bilang hidup di indonesia
seperti bukan hidup di negara kita lalu
ku bilang kalau saat ini kita hidup
di negeri yatim yang sudah lama di tinggal
mati bapak sedang ibu pergi menjadi angin
kau cuma mengangguk-angguk tapi dari dialekmu
yang gagap dan cadel itu kau seolah memeram
amarah kau bilang ibu kita yang angin itu
telah di kawin paksa lelaki kejam dan tiran
dia sering kali mengirim tentara polisi
dan mata-matanya untuk menghabisimu
serta teman-teman kita
mereka tidak lebih jantan dariku katamu
mereka seperti sudah kehabisan akal bahkan
tak punya waktu berpikir untuk mengatasi
persoalan bangsanya selain menggunakan fisik
kekuasaan dan senjata menculik atau kalau
bisa membantainya mereka sungguh tak punya malu
sayang ibu kita cuma angin katamu
sejenak kita terdiam tapi aku membaca siratan
kecewa di gelisahmu tentang pilih kasih
orang tua kita yang lebih berpihak pada
penghianat maling dan pecundang itu
karena mereka adalah asset hidup yang bisa
dijadikan pemuas nafsu para penegak hukum
dan aku juga bercerita banyak soal
saudara-saudara kita yang dikejar-kejar
polisi karena mencuri ayam atau jemuran
tetangganya lalu kaki atau paha mereka
dibolongi timah panas kalau tidak digebugi
sampai sekarat dengan interogasi gaya kompeni

di luar matahari tegak berdiri di dalam kau
tengkurap di atas amben bambu menghadap
kali aku duduk di sofa bodol kempes yang
kondisinya seperti saudara-saudara kita
yang kurang gizi sembari cerita kalau kemarin
aku baru saja berkelahi dengan polsuska
distasiun balapan solo seusai baca puisi di
gerbong eksekutif karena mereka kira aku sedang
demonstrasi atau sedang menghasut orang
untuk menentang kejahatan penguasa di negeri ini
setelah sempat pukul-pukulan aku lari karena
aku tau ibu kita cuma angin sedangkan mereka
tak punya hati lalu kau tertawa dengan mata
terbenam dan mengingatkan agar aku jangan lagi
ngamen puisi di depan polisi

tak terasa di luar matahari makin miring
ke kiri sementara kita masih ingin menuntaskan rindu
untuk bicara apa saja tentang negara dan
berencana mencari kuburan bapak yang entah dimana
serta menunggu belaian ibu yang hanya
terasa kelembutannya

ah kita benar-benar yatim katamu
dan sebelum matahari benar-benar pergi aku
pamit dengan harapan kita bisa bertemu dan saling
mentertawakan diri lagi membacakan puisi
dengan leluasa di hadapan ibu
tapi kuperhatikan kau tercenung lama seperti ada
sisa kecewa yang belum juga bisa kau terima
atas siksa yang pernah kau rasa dari kepal tinju
para penindas dan hantaman popor senjata
kaki tangan penguasa lalu dengan arif kujagakan
kediamanmu serta meyakinkan kalau suatu saat
ibu kita yang angin itu akan memuntahkan
kembali segala bentuk kecurigaan dan tuduhan
serta pidato pediti politik atau ceramah cerimih
mereka lalu kata-katanya berubah jadi hewan buas
menakutkan yang akan mencabik-cabik
mulut mereka dan senantiasa mengusik setiap
upacara pagi apel bendera